Rabu, 03 Maret 2010

Conceptualization of Marketing Performance Creation at Herbal Medicine Industries in East Java Province ; oleh : Dyanie Juniarizqana

ABSTRACT

This research purposed to analyze and examine a creativity and innovation influence to marketing method. This is a survey research. In this research, Jamu Herbal Industries in East Java Province which consist of 84 industries, are chosen as a place to conduct the research. Information or research data about creativity, innovation and marketing performance are obtained based on point of view, conception, and perception from industri director. This research is using sensus complete enumeration method. In other words, this research is not use sample, so that, sample technique is not needed. Main instrument that is used in this research is questionnaire for all industry directors of Jamu Herbal Industries in East Java. Analize technique in this research is path analysis.
The purposed of this research are 1) to analyze and examine creativity and innovation influence to herbal medicine industry 2) to analyze and examine inovation influence to the marketing performance herbal medicine industry 3) to analyze and examine creativity influence to the marketing performance herbal medicine industry

RINGKASAN

Dyanie Juniarizqana, Konseptualisasi Penciptaan Kinerja Pemasaran Pada Perusahaan Jamu Herbal di Provinsi Jawa Timur, dibimbing oleh Dr. Ir. Bagus Putu Yudhia K, MP , Ir. Sri Sundari, M.Si dan Wenny Dhamayanthi, SE, M.Si, 107 Halaman, Jurusan Manajemen Agribisnis Politeknik Negeri Jember.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan menguji pengaruh kreativitas dan inovasi terhadap kinerja pemasaran. Pada penelitian ini, rancangan penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian survai (survey research), dalam penelitian ini sebagai unit analisisnya adalah perusahaan jamu herbal di Provinsi Jawa Timur yang berjumlah 84 perusahaan. Informasi atau data tentang kreativitas, inovasi dan kinerja pemasaran diperoleh berdasarkan pandangan, tanggapan, dan persepsi dari pimpinan perusahan. Penelitian ini menggunakan metode sensus complete enumeration, dengan kata lain tidak menggunakan sampel sehingga teknik pengambilan sampel tidak diperlukan. Instrumen utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner yang ditujukan kepada seluruh pimpinan perusahaan jamu herbal di Provinsi Jawa Timur. Metode analisis yang digunakan adalah path analysis.

Kreativitas diukur dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Andrews and Smith (1996) dan Menon et al., (1999), yaitu: motivasi; kesediaan menanggung resiko; kebaruan strategi; dan dan perbedaan strategi yang dipilih dari (strategi yang dipilih) sebelumnya. Inovasi diukur dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Thompson (1969:66-69) dan Ambrosio (1991), yaitu: orientasi kepemimpinan; inovasi proses; inovasi produk; sumber inovasi eksternal; sumber inovasi internal; dan tingkat investasi dalam inovasi. Kinerja pemasaran diukur dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Voss and Voss (2000), yaitu: volume penjualan; tingkat pertumbuhan penjualan; dan tingkat pertumbuhan pelanggan.

Berdasarkan pengujian koefisisen determinasi total diperoleh angka 78,39% yang artinya informasi yang terkandung dalam data sebesar 78,39%, sedangkan 21,61% dijelaskan ooleh variabel lain (yang belum terkandung dalam model) dan error. Sedangkan berdasarkan hasil analisis data (path analysis) dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel kreativitas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap inovasi pada perusahaan jamu herbal dengan koefisien jalur pengaruh langsung sebesar 0,681, variabel inovasi menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap kinerja pemasaran pada perusahaan jamu herbal dengan koefisien jalur pengaruh langsung sebesar 0,276, dan kreativitas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja pemasaran pada perusahaan jamu herbal di Provinsi Jawa Timur dengan koefisien jalur pengaruh langsung sebesar 0,432.

Indonesia adalah negara agraris yang kaya akan sumber daya baik alam maupun buatan. Negara lain mengakui bahwa Indonesia adalah negara dengan potensi alam luar biasa. Banyak negara lain yang merasa iri dengan kekayaan alam yang kita punyai, dan yang mengherankan adalah kekayaan alam yang melimpah ruah itu belum bisa dimanfaatkan dengan optimal sehingga berimbas pada belum ternikmatinya hasil sumber daya alam itu yaitu dalam wujud kemakmuran dan kesejahteraan sebagian besar rakyat kita.
Sumber daya alam sangat beraneka ragam macamnya, serta beraneka ragam pula khasiatnya. Dengan kondisi lahan yang variatif, dari pantai hingga pegunungan, ditambah banyaknya lahan tidur yang belum dimanfaatkan, maka potensi Indonesia untuk menjadi sentra pengembangan herbal medicine dan health food yang berorientasi ekspor sangatlah terbuka. Beraneka ragamnya sumber daya alam tersebut, dapat diolah menjadi suatu produk yang bernilai ekonomis tinggi dengan melalui berbagai proses yang ditangani oleh orang yang berkompeten dibidangnya. Salah satu produk olahan tersebut yaitu jamu herbal (http://backrest.wordpress.com, download 21 April 2009).
Jamu merupakan produk dengan bahan baku tanaman obat dalam bentuk sederhana yang khasiat penggunaannya berdasarkan pada data atau pengalaman empiris secara turun temurun. Industri herbal medicine di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu industri jamu tradisional, kelompok industri ekstrak, dan kelompok industri fitofarmaka atau biofarmaka (http://taryadi.wordpress.com/, download 21 Juni 2009).
Jamu adalah sebutan untuk obat tradisional dari Indonesia dan belakangan populer dengan sebutan herba atau herbal. Jamu dibuat dari bahan-bahan alami, berupa bagian dari tumbuhan seperti rimpang (akar-akaran), daun-daunan dan kulit batang, buah. Ada juga yang menggunakan bahan dari tubuh hewan, seperti bagian dari empedu kambing atau tangkur buaya (http://id.wikipedia.org, download 12 Mei 2009).
Dundon (2002), Mostert and Frijling (2002), King and Anderson (1995:46), Hubeis (2005:7), Humprey, dalam Ceramy (2001), mengatakan bahwa kreativitas terbukti menunjukkan peranan yang semakin meningkat di dalam organisasi, karena kreativitas yang mendasari arus inovasi secara terus menerus. Kreativitas merupakan langkah pertama, dan inovasi merupakan langkah kedua untuk menghasilkan sesuatu yang baru dan bernilai didalam organisasi (Kilby, 2001). Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh King and Anderson (1995:46) bahwa riset inovasi secara keseluruhan memanfaatkan konsep, model, dan teori dari riset kreativitas. Kreativitas dipandang sebagai sumber inovasi atau merupakan sumber potensial bagi terciptanya inovasi. Kreativitas dapat diposisikan sebagai faktor determinan inovasi karena tanpa kreativitas tidak ada inovasi, atau dengan kata lain kreativitas berpengaruh signifikan terhadap inovasi (Hubeis, 2005:7).
Kreativitas (seperti yang diungkapkan oleh Andrews Smith, 1996; Menon et al., 1999) juga berpengaruh signifikan terhadap kinerja pemasaran yang dalam hal ini dirumuskan dari dimensi-dimensi volume penjualan, tingkat pertumbuhan penjualan, dan tingkat pertumbuhan pelanggan (Voss dan Voss,2000), atau dengan kata lain kreativitas berpengaruh signifikan terhadap kinerja pemasaran. Sedangkan menurut Suroso, Imam (2008) mengatakan bahwa kreativitas berpengaruh tidak signifikan terhadap kinerja pemasaran pada perusahaan kosmetik.
Adapula hasil penelitian yang memperlihatkan bahwa ada pengaruh yang kuat antara produk baru (inovasi produk) dengan kinerja pemasaran (Tidd et al.,2001:4). Melalui produk baru, pangsa pasar direbut dan keuntungan bisa ditingkatkan.
Selain fenomena bisnis/manajemen perusahaan jamu herbal di Provinsi Jawa Timur yang belakangan ini sering dihadapkan pada berbagai permasalahan yang terkait dengan pencapaian prestasi (meskipun dalam hal kinerja kinerja penjualannya cukup baik, mampu meraih omzet penjualan yang terus meningkat dari tahun ke tahun). Tetapi, di Jawa Timur tahun 2007 merupakan keadaan yang tidak kondusif bagi pengusaha dan pedagang jamu tradisional. Hingga semester pertama tahun ini, terjadi penurunan omset penjualan jamu 20% - 30%. Kini, omset penjualan jamu setiap bulan di Jawa Timur pada semester pertama tahun tersebut hanya Rp 20 miliar. Padahal, biasanya omset penjualan jamu setengah tahun pertama bisa menyentuh angka Rp 30 miliar. Penurunan tersebut disebabkan banyak faktor, diantaranya adanya franchisor jamu yang membuat jamu dengan harga murah, turunnya daya beli masyarakat, masuknya jamu ilegal ke pasaran Jawa Timur, dan masuknya pasokan jamu luar negeri dengan harga murah serta dengan cara sangat mudah ( http://www.suaramerdeka.com/ , download 12 Mei 2009).
Penelitian ini akan menjawab kesenjangan temuan penelitian yang sudah dilakukan, serta sekaligus berusaha untuk mengisi kekurangan literatur kreativitas, inovasi dan kinerja pemasaran dengan menggunakan pendekatan yang berorientasi penemuan guna mengembangkan model teoritik dan konseptualisasi penciptaan kinerja pemasaran.Penelitian dilakukan dengan mengambil lokasi di beberapa perusahaan jamu herbal di Provinsi Jawa Timur. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja atas beberapa pertimbangan: (1) perusahaan jamu herbal di Provinsi Jawa Timur telah terorganisir dengan baik sehingga memudahkan untuk mendapatkan informasi atau data yang diperlukan dalam penelitian ini; (2) perusahaan jamu herbal di Provinsi Jawa Timur belakangan ini sering dihadapkan pada berbagai permasalahan yang terkait dengan pencapaian prestasi, meskipun dalam hal kinerja penjualannya cukup baik (mampu meraih omset penjualan yang terus meningkat dari tahun ke tahun); (3) dilihat petanya, pasar produk jamu herbal tergolong unik dan umumnya memiliki keunggulan di pasarnya masing masing, atau dengan kata lain tidak ada pemain yang sangat dominan atau monopolistis di pasar; dan (4) dalam upaya meningkatkan kinerja pemasaran perusahaan jamu herbal di Provinsi Jawa Timur umumnya menyiasati keadaan dengan cara-cara yang inovatif (Kurniawan, 2006:157-159).

1 komentar:

  1. selamat siang Pak, saya seorang mahasiswa yang sedang menjalani skripsi.
    saya mengambil judul tentang "kerupuk ikan". ikan yang dipilih adalah ikan yang murah. rencananya saya akan menggunakan ikan kacangan sbg bahan bakunya.


    saya melihat di blog bapak ada
    "01 012 08 034 01 KAJIAN PANAMBAHAN BAHAN PENGIKAT TERHADAP SIFAT KIMIA DAN ORGANOLEPTIK SURIMI IKAN KACANGAN (TYLOSURUS SPP.) ANNISAK SHILVIYAH MAHDALENA"

    1. apakah saya bisa memperoleh data lengkapnya?
    2. apakah bapak mengetahui komposisi nilai gizi ikan kacangan?
    3. dimana saya dapat memperoleh banyak informasi/ sumber tentang ikan kacangan?

    terima kasih.

    BalasHapus